Friday, October 12, 2012

Road to Puncak

Dangerously Beautiful Expedition # 8




Sepulang dari jembatan tua, setelah beramah tamah dengan alam dan nenek misterius, kami berdua pergi ke kosan qays. Mempersiapkan barang perlengkapan yang akan dibawa untuk perjalanan malam ke puncak pananjakan, melihat lihat matahari terbit dipagi hari, pemandangan bromo dan kepulan asap yang keluar dari puncak mahameru. 

Jam 5 sore ketika matahari perlahan terbenam, sedikit demi sedikit meredupkan sinar cahayanya yang menghangatkan, berganti dengan dingin yang perlahan menguasai suhu malam, kami semua berkumpul di rumah bukde zein. Perjalanan akan lebih ramai dari yang diperkirakan karena ada 1 orang sepupu zein yang juga turut serta dalam perjalanan malam ini, sebut saja namanya andy.

Setelah solat isya kami berempat berangkat dengan formasi 4 orang - 3 motor. gw dan qays berboncengan karena tubuh kami paling efisien diantara yang lainnya. hha..

Melewati jalan yang kebanyakan orang waras tidak akan melewatinya sendirian dimalam hari. Maklum penunjuk jalan kami memang sedikit kurang waras (qays). Ketika memasuki kawasan hutan pencahayaan sangat minim, hanya ada cahaya bulan dan bintang (ini serius bukan berlagak romantis). Ketika lampu motor dimatikan yang bisa dilihat hanyalah bintang2 dan bulan di atas sana. Penduduk bromo dan sekitarnya mayoritas hindu, jadi sering terlihat sosok yang mengagetkan di setiap pojokan jalan, yang ternyata bangunan seperti tiang setinggi pria dewasa untuk meletakan sesajen.

Di musim kemarau ini cuaca menjadi sangat ekstrim. Disiang hari matahari terasa membakar kulit, panas sekali, dimalam hari cuaca menjadi sangat dingin menusuk daging menembus tulang. Tidak berlebihan, emang begitu hukum alamnya. 3 lapis baju kaos dan 1 lapis jaket motor, 2 lapis celana pendek, 1 lapis celana panjang, 1 lapis sarung tangan, terlalu lemah untuk menahan terpaan angin dingin ketika kami menerobos gelap di tengah hutan dengan motor yang sedari awal sudah batuk2.

Di tengah perjalan rombongan kami sempat sedikit terhambat, 1 jam kami terbuang dalam diam, diam yang akan membawa dingin lebih kuat. Segerombolan pemuda lokal (local boy) mencegat perjalanan kami dengan dalih ada peraturan baru yang melarang pengunjung naik pada malam hari, saat itu masih jam 11 malam, dan kami diharuskan menunggu hingga jam 3 pagi menjelang. Kami yang gak bodoh2 banget tau persis pemberhentian ini ilegal, karena memang ada pos pemberhentian resmi yang lokasinya dekat dengan puncak pananjakan, bukan di tengah kesunyian ini. Pasti menjengkelkan memang, ditempat yang sepi, gak ada warung, dengan cuaca yang ekstrim, dengan dalih yang sangat terlihat dibuat-buat.

Lima menit kami menunggu ternyata semakin jelas ini dalih yang dibuat-buat. Mereka menyarankan kami membayar salah satu dari mereka untuk mengantar hingga ke pos. Saya sarankan jangan pernah menggunakan kekerasan dengan local boy, karena mereka pasti akan lebih keras dari kita yang hanya pendatang di kampung mereka. Gw dan qays melakukan lobi macam orang2 di DPR sana. Datang menghampiri mereka, duduk bareng menghadap api unggun, sok akrab ngobrol santai layaknya temen deket. Kami berdua berhasil membawa suasana menjadi lebih ramah dan santai. 20 menit kami sok akrab dengan mereka, ajaibnya entah kenapa mereka akhirnya memberi kami izin untuk meneruskan perjalanan. Ajaib sekali lobi-lobi ini, pantas saja orang2 di DPR sana senang dengan lobi2, bisa membuat sesuatu yang awalnya sulit menjadi gampang segampang gampangnya. Semua masih bisa dibicarakan.

Tanpa memberikan uang sepeserpun kami diperbolehkan melanjutkan perjalanan hingga ke pos pemberhentian sebenarnya. Jam 12 kami sampai di pos yang memang layak untuk menjadi tempat menunggu, ada warung yang menyediakan makanan dan minuman hangat. Ada WC yang keberadaannya sangat vital, tempat parkir yang luas. Kedatangan kami terlalu pagi, tempat ini masih sepi pengunjung, hanya didominasi oleh penduduk lokal yang sibuk menawarkan barang dagangan. Ternyata mereka juga menjual sarung tangan, kupluk, sarung, dan menyewakan jaket. Lumayan bagi kalian yang lupa membawa perlengkapan penahan dingin. Pos ini berfungsi sebagai tempat berkumpulnya orang2 yang akan naik ke puncak pananjakan, mengunggu jam 3 datang ketika orang2 diperbolehkan melanjutkan perjalanan ke puncak.

Duduk tanpa ada kegiatan membuat tubuh rentan dengan serangan dingin, gw memakai 1 lapis lagi jaket cadangan yang sudah disiapkan di tas andy dan mulai melakukan aktifitas yang membuat tubuh berkeringat. Push up, lompat2, jalan mondar-mandir kayak orang ronda, tapi keringat ga keluar juga. Parahnya si qays bisa tidur nyenyak di atas jok motor, dan si zein tidur di atas matras yang digelar disembarang tempat, si andy ga bisa tidur tapi sepertinya dia tenang2 aja bersahabat dengan dingin duduk di warung. Mungkin ada hubungannya dengan tubuh gw yang efisien.

1-2 jam berlalu ramai orang berdatangan, ada yang datang konvoy menggunakan motor, ada juga yang mencarter travel, ada juga yang datang dengan mobil pribadi. Gw sempet ngobrol dengan local boy di pos ini, dia lebih ramah dibanding local boy di bawah tadi. Namanya basir bromo, dia pemilik hotel melati disekitar pos, hotel yang biasanya digunakan para pengunjung untuk berlindung dari dingin hingga perlintasan pos dibuka.

Lama di tunggu akhirnya jam 3 datang juga, pintu perlintasan di pos mulai dibuka, kami yang pertama melewati perlintasan tersebut ketika orang2 masih bersiap untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah melewati pos ini perjalanan tidak terlalu menegangkan, kami sudah terbiasa dengan kemunculan sosok batu yang digunakan warga lokal untuk meletakan sesajen, dan juga dari jauh terlihat lampu2 motor dan mobil yang muncul-menghilang ditengah pepohonan.

Kami juga yang pertama kali sampai di puncak pananjakan, belum ada orang, terlalu pagi untuk melihat matahari terbit. Sabar kami menunggu lama kelamaan matahari memperlihatkan sinarnya yang anggun. Cahaya menghias langit di atas awan berwarna oren bergradasi dengan biru, menghasilkan warna kuning di tengahnya. Pengunjung semakin ramai dan terus memadati puncak pananjakan seiring dengan terbitnya matahari.


























1 comment:

  1. Waw.... Subhanallah.... Jadi semakin tertarik untuk bergabung sama kalian guys... Bolehlah w ikutan.... :)

    ReplyDelete

.

Popular Posts