Monday, August 13, 2012

Friendly Place

Dangerously Beautiful Expedition # 4


3 hari sudah gw berada di jogja, mengais-ngais indahnya persahabatan. Sepeda ontel, tembok kokoh yang membentengi keraton, lampu remang jalanan, becak, dan malioboro menjadi saksi bisu indahnya masa lalu.

Pagi ini kami (lagi-lagi bedua) berkemas menyiapkan keberangkatan menuju pemberhentian kedua – kediri. Kenapa kediri? Karena ini adalah misi utama gw yg disematkan oleh orang tua untuk jenguk ade yg lagi les bahasa inggris di kampung inggris-kediri. Baju kotor sudah dicuci laundry kiloan, handuk basah sudah dijemur kering, peralatan mandi udah di masukin keresek kuning, ban sepeda (sepeda fixy temennya ndok) bocor udah ditambel. Selanjutnya mengepak baju dan perlengkapan2 lainnya satu persatu ke dalam tas carrier yang sejauh ini sangat berjasa.

Matahari semakin condong ke atas, waktu menunjukkan pukul 9.00 WIB. Sementara gw belom tau mau naek apa ke kediri. Menjelang bulan puasa ini tiket kereta jadi mendadak susah dipesan. Ada peraturan baru yang membolehkan calon penumpang memesan tiket h-90 keberangkatan, sentak tiket2 habis terjual padahal stasiunnya sepi pengunjung. Satu2nya alternatif angkutan cuma angkot/bis/ - ngeteng. Sekelebat gw buka application maps di smartphone, melihat rute yang mungkin akan dilewati mobil angkutan umum.

Adrenalin and stress of an adventure are better than a thousand peaceful days -- Paulo Coelho. Setidaknya ini yg gw rasakan sekarang. Harap-harap cemas agar tidak tersasar, ditipu, dan hal2 buruk lainnya.

Keberangkatan dimulai dari terminal jombor, diantar oleh beberapa orang teman yg berdomisili di jogja. Lalu melanjutkan ke terminal giwangan, terus naek bis ekonomi AC ke arah kediri, (bis ini sedikit aneh, pasalnya terdapat senthir-obor di setiap pojok kaca mobil), kemudian turun di terminal jombang, lanjut lagi bis ekonomi ke pare, dari pare kami jalan kaki sampe ke tempat les bahasa inggris ade gw.

Beruntung sekali banyak orang yg mau/sudi/apalah membantu perjalanan nekat kami. Berawal dari terminal giwangan, sepasang tua suami istri yang duduk disebelah gw. Perawakan tua lemah namun senyumnya sangat menunjukan sisi keramahannya. Membawa bekal kardus dan karung beras, serta 2 kepal nasi bungkus. Mereka memperlakukan kami seperti orang yg sudah lama mereka kenal. Mereka banyak bercerita tentang keadaan tempat yg akan kami tuju (pare). Dari situ gw tau ternyata gw harus transit 1 mobil lagi untuk ke pare. Dengan baik hatinya mereka yg sudah seperti saudara dekat mangajak kami bareng, mereka ini yg akhirnya membimbing kami sampai ke pare.

Siang telah berganti malam, sinar matahari yg benderang berganti dengan lembutnya sinar rembulan. Ditambah lagi dengan keramahan penduduk lokal, tukang becak, dan seorang wanita yg melambai2 ke arah gw dari becak yg ditumpanginya. Seorang wanita??? Ia ada seorang wanita sebaya berbaju dinas pemerintahan yg lagi duduk menumpangi sebuah becak, dengan senyumnya dia melempar lambaian tangannya kw gw. Sepertinya si dia tadi satu bis dengan gw, dan sempet memperhatikan kepanikan gw yg lagi tanya sana sini tentang kondisi pare ke penumpang bis, hampir 1/3 bis yg duduk dibelakang saling melempar pendapatnya tentang kampung inggris, termasuk wanita itu.

Ternyata pare ga sekecil yg gw pernah bayangin, sesampainya di pare gw bingung cari2 dimana lokasi kampung ingrris. Beruntung (lagi) ad seorang pemuda sepantaran yang dari tadi kebetulan satu bis dengan gw mau mengantarkan kami sampai di kampung inggris. Gw masih inget jelas namanya adalah fahri. Mengigatkan gw ke masa SMA, dulu lagi jaman2nya film ayat ayat cinta, pemeran utamanya bernama fahri, dan kata2 yg paling diinget adalah “ana ila talaqi fi syeikh ustman”. Umar hajro dion (temen seasrama) gw paling jago menirukannya. Hha

Sesampainya di kp inggris gw harus berpisah dengan fahri karena kita berbeda tujuan. Malam semakin dingin dan jalanan mulai sepi. Gw dan zein melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Berhenti sebentar untuk makan malam dan bertanya tentang keberadaan lokasi yg akan di tuju. Lalu kami masuk gang sempit, keluar di kebun tebu, mentok kali, ikutin jalan pinggir kali. Kesunyian makin terasa di sini, suara jangkrik memekik telinga, derasnya aliran sungai menambah harmonis kesunyian, gak ketinggalan suara pohon tebu yang bergesekan tertiup angin malam yang dingin, tanpa penerangan sedikitpun kecuali cahaya bulan yang dengan baik hati selalu membimbing perjalanan malam itu.

Singkat cerita kami sampai di tempat ade gw les
bertemu dengan salah seorang pembimbing, ngobrol ngalor ngidul, dan akhirnya kami diizinkan menginap di sana.

Banyak banget keberuntungan yang gw dan temen gw dapet dalam perjalan ke rute pare-kediri ini. Banyak orang-orang yang sama sekali ga gw kenal rela membantu tanpa pamrih, yang tidak membantu pun setidaknya memberikan wajah ramah mereka.

Kalau kita berusaha menjadi baik, segala sesuatu di sekitar kita akan ikut menjadi baik

Suasana pagi di kp inggris sangat indah. Remaja-remaji lalu lalang dengan sepeda ontelnya. Berkeliling sekedar mengitari lokasi yg dikepung kebun tebu, atau juga mencari makan untuk menuntaskan hasrat perut di pagi hari. Kami duduk2 di saung bawah pohon, memperhatikan banyak wanita bersepeda ontel. Indahnya....


Bukti dokumentasi :

Ade gw dan tempat les nya

Di tengah ladang Jagung

Suasana kampung

Sepinya jalan raya

Masuk gang

???

Pentol - Makanan khas



Wednesday, August 8, 2012

Malioboro oh Malioboro

Dangerously Beautiful Expedition # 3



Pagi-pagi benar sudah mata gw terjaga
menyambut matahari pagi yg perlahan mulai memasuki area kamar menembus kaca-kaca jendela. jakarta selatan pagi ini terasa indah, hangatnya matahari mengalihkan dinginnya udara subuh. daun-daun yang berembun menampakkan sinar pantulan matahari,
burung liar memekikkan suara merdunya ke langit pagi
celoteh ibu2 rumah tangga bersambaran di warung sayur depan rumah
semua mahluk di dunia ini menyambut pagi awal kehidupan baru di hari ini
tidak ada yang spesial memang dengan suasana ini, setiap hari juga selalu begitu
(di beberapa tempat di jakarta selatan, suasana seperti ini masih nyata :) )
tapi yg gw tau pagi ini spesial, karena pagi ini gw akan berangkat ke penantian gw sepanjang tahun

Berbekal sebuah tas carrier yang sudah disiapkan sejak 2 hari sebelumnya
gw melangkah pasti meninggalkan rumah
menatap keramahan alam jakarta menuju keramahan2 selanjutnya yang akan kutemukan
bersama seorang teman gw (zein) melesat ke pemberhentian pertama – jogja
menumpangi bus ekonomi dari lebak bulus menuju jogja kota yang penuh dengan kenangan bagi gw

Seperti kebanyakan penumpang lainnya
gw jarang tidur dan lebih asik memperhatikan keadaan di luar jendela
atau mungkin juga gw jarang tidur karena kursi bus ekonomi yang tidak nyaman, sempit, keras, dan udara yang berubah-ubah seiring dengan kemacetan yang terjadi. Kalo lagi macet udara mendadak panas dan pengap, tak ketinggalan bau apek puluhan bapak2 dan ibu2 yang juga sedang asik memperhatikan luar jendela. Memperhatikan rumah-rumah, toko-toko, areal persawahan, mobil angkot yang ngetem, becak, gerobak, delman, pasar, cewe2 bubaran pabrik, sekolah, dan pastinya yang paling asik adalah memperhatikan ABG tanggung yang lagi diri-diri di pinggir jalan. Orang mudah terpikat pada keindahan. Hha..

Singkat cerita bus udah sampe di jogja..

Terlalu pagi bagi kami dua orang mahasiswa dan juga ribuan atau jutaan mahasiswa lainnya yang ada di dunia ini untuk memulai aktifitas. Bus tiba di jogja pada pagi buta yang menyeruakkan udara lembab dan berbau khas embun pagi. Seharusnya seorang teman kami sudah stand by menjemput dan menyambut kedatangan kami bak tamu agung, beliau adalah teman satu pesantren dulu (pesantren itu bernama hatoy).

Matahari mulai condong tapi dia tak juga menampakkan batang hidungnya. Sms tak terbalas, telpon tak terjawab. Benar sudah teori gw tadi, ada beberapa mahasiswa belum siap beraktifitas di pagi-pagi seperti ini.

Gw pun menggunakan waktu untuk berkeliling jalan kaki membawa gemblokan tas carrier di masing2 pundak. Suasana yg teramat nyaman, jalanan yang gak macet, pengendara yang tertib lalu lintas, gw gak menemukan orang2 yang naik trotoar, nyerobot lampu merah, ga pake helm. Bapak2 mengantarkan anak2nya ke sekolah, ga ada angkot yang ngetem, dan polisi-polisi yang ramah. perjalanan kaki ini terhenti di sebuah warung kecil yang terletak di pinggir jalan, ada menu nasi rames di sana, lumayan untuk memenuhi tuntutan perut pagi ini, dan yang paling penting harganya murah. Suatu hal yang sulit ditemukan di jakarta. Hhha...

Setengah jam setelah makan, temen gw datang menjemput dan membawa kami ke sebuah kontrakan, dihuni oleh mahasiswa2 UII, salah satunya adalah temen gw. Ternyata sudah beberapa bulan ini tempat itu selalu jadi basecamp kalo ada anak2 hatoy yang lagi datang berkunjung ( O ya sekedar gambaran lulusan hatoy tersebar kuliah ke berbagai daerah di dunia ). Gak lama setelah kedatangan kami di sana berkumpul lah anak2 hatoy lainnya yang memang kuliah di jogja. Jadilah kontrakan itu ramai oleh celotehan anak2 remaja beranjak dewasa ini. Bercerita masa lalu, masa yang sedang di jalani, bahkan rencana masa depan, sekedar memenuhi hasrat kerinduan yang berawal dari ‘apa kabar?’.

Beberapa hari kami lalui di jogja dengan mengelilingi keindahan lingkungan jogja dan alamnya, tak ketinggalan juga wisata kulinernya. Jogja selalu punya banyak alternatif untuk jajanan kuliner murah berkualitas. kedatangan gw juga pas banget dengan pembukaan festifal kesenian jogjakarta. ramai orang berkumpul menunggu di pinggir jalan, menanti iring-iringan pawai. sangat menarik





gw ga begitu tertarik dengan tempat2 wisata di jogja, pantainya, atau apalah. Yang paling enak bagi gw cuma malioboro, gw seneng duduk berlama-lama disana, ngobrol2, bengong2, liat keramaian orang yg belanja, atau liat bencong yang lagi godain orang, terus godain gw. disana gw menyimpan berbagai kenangan. Tentang indahnya persahabatan.

***
Jogja selalu berkesan di hati gw, 4 tahun lalu kami seangkatan menikmati indahnya perpisahan di jogja, semua orang tertawa menandakan bahagia setelah mereka melewati tekanan psikis terhadap ujian nasional. Hari-hari yang dilewati selama tiga tahun diputuskan dalam satu ujian 3 hari yang menyesakkan. Hingga datang pengumuman kelulusan, dan memang momen perpisahan jogja ini saat yang tepat untuk berbahagia. Tapi terasa ganjil buat gw, we are smiling but we are close to tears. Karena setelah itu kita seangkatan akan benar2 terpisah. Terpisah oleh jarak, waktu atas kesibukan masing2, dan perpisahan itu lamat-lamat pastinya akan mengikis persahabatan yang telah terbangun selama 3 tahun.
***
Hari ini pun perasaan yang sama muncul kembali. Mereka teman2 gw udah pada nyusun skripsi, sebagian udah ada yang lulus, itu berarti mereka akan bekerja, tentunya bekerja akan menyita lebih banyak waktu. Tidak akan ada lagi kumpul2, ketawa2 seperti sekarang ini.

Tapi bodo amat lah dengan yang akan terjadi
lagipula perpisahan memang akan selalu terjadi, dan itu pasti
ini bukan perpisahan pertama yang gw alami, jadi sudah selayaknya gw bisa mengatasi perasaan jelek ini.


Goodbyes are not forever, goodbyes are not the end. they simply mean "we'll miss you" until we meet again _author unknown

.

Popular Posts