Saturday, September 29, 2012

Antara Ada dan Tiada

Dangerously Beautiful Expedition # 7




Ribuan orang keluar beriringan, tertib, ga ada dorong-dorongan, ada yang meniup terompet, ada yang ketawa-tawa dengan temen2nya, semua orang bersuka cita merayakan kemenangan tim kesayangan mereka, Arema Malang. ­­Ini dia serunya nonton bola, Tim kesayangan bisa menang menghadapi lawannya. 

Sepulang dari stadion mampir di warung tenda STMJ (susu telor madu jahe). Benar2 susu dicampur telor dikasih madu dan jahe, asli. Beda dengan di jakarta yang biasanya STMJ udah di dalem kemasan saset. Lumayan untuk menghangatkan badan dari dinginnya udara malam di kota yang dingin.

Kehangatan STMJ, dan kenyamanan dari kata ‘bersahabat’ yang tadi sore sempat terdengar dapat membuat pulas tidur gw setibanya di rumah bukde si zein. Qays memilih untuk pulang ke kosan saat itu juga, dengan alasan ada rapat organisasi. Halaaah malam2 begini..

Paginya gw sama zein nyari sungai terdekat, tanpa qays tentunya. Di daerah ini, terdapat sebuah jembatan tua, sudah lama tak terpakai, usianya yang tak lagi muda dan lokasinya yang rawan kecelakaan membuatnya tergantikan oleh jembatan baru yang lebih kokoh. Menjadikan lokasi ini terisolir, asri banget. Di bawahnya ada sungai dengan air yang jernih, batuan yang basah karena embun pagi, sangat menyegarkan melihatnya.

Sepagi ini kegiatan berjalan menyenangkan, sampai tiba-tiba muncul sosok nenek tua.

Semula suasana masih ceria ketika nenek itu mengajak kami berbincang ringan, sampai akhirnya pembicaraan mengarah ke hal mistis. Nenek yang mengaku sebagai kuncen tersebut senang dengan kedatangan kami. Si nenek berkata santai “udah turun ke kali? Untung ga ketemu ular, ularnya besar, sebesar pinggang kamu, di sana (sambil menunjuk semak belukar) juga ada macan putih besar, di sana juga (menunjuk tebing di atas) ada pasar jin, dan di sana (menunjuk batu besar) ada dewi ‘you know who’ (gw ga mau sebutin namanya, ntar dia jadi tenar). Dewi itu penguasa di sini. Tapi tenang mereka ga akan ganggu, mereka tau kalian baik.” Dia jg bercerita tentang tumbal jembatan, batu mayat, dan banyak lah.

Bangsa ini adalah bangsa yang spiritualis, senang dengan perkara agama, tapi tak sedikit pula yang senang dengan perkara klenik.


sungai, jembatan tua, tempat ular besar, tempat batu mayat





Pembicaraan berlangsung santai dengan si nenek, dia ngajak gw keliling tempat tsb. Di bawa gw ke tempat sesajen, dia jg sempet nunjukin patung dewi you know who itu ke gw. Terakhir gw di ajak ke saung. 

patung dewi you know who & sesajen di atas jembatan

“saya salut sama orang sumatra, dalam hidup saya baru saya liat orang kakinya macan, pahanya ular, badannya orang. Sujud saya ke orang2 sumatra. Saya panggil mereka guru.” Si nenek meneruskan ceritanya. Zein pura2 sibuk gonta ganti batre, keluar saung, pura2 nelpon, minjem hape gw lah, bilang pulsanya abis, gw tau dia lagi BT, tapi bagaimanalah urusannya dengan si nenek ini, ga sopan dong kalo gw tinggal pergi gitu aja. Jadilah gw sendiri di dalem saung ngeladenin nenek itu bercerita. 

“Kamu asli mana dek ?” si nenek bertanya k gw

Bapak-Ibu saya orang sumatra barat nek, jawab gw

Si nenek pasang muka kaget, mau nyembah gw gengsi kali ya. Hha...

Terakhir dia titip salam sama gw kalo nanti ketemu sama orang sumatra yang dia maksud itu. Whew...

dia membuat kopi untuk gw dan zein, dan di sesi ini gw mulai deg2an banget. Jangan2 minuman ini di jampe2.

Sambil berdoa panjang gw minum tuh kopi, gw liat si zein jg komat kamit, bahkan lebih panjang dari gw, tebakan gw si dia baca ayat kursi. Hha...

Sulit sekali mengakhiri pembicaraan dengan si nenek ini. Bagaimana pula gw pergi setelah keramahan dia, duduk di saung miliknya, serta gelas kopi hangat yang entah di jampe2 apa. Sebelum meninggalkan tempat itu sang nenek sempat mengajak kami ke sebuah gua, berdasarkan ceritanya gua tsb panjangnya sekitar 100 meteran, gw udah lupa dia cerita apa tentang isi guanya. Kami menolak dengan halus, beralasan kita harus istirahat karena malam ini akan berangkat ke gunung bromo. Ternyata alasan gw bisa nyambung, sang nenek juga punya cerita tentang legenda gunung bromo. Ah sial... sebutkan satu tempat dan dia punya cerita tentang klenik di daerah tersebut.


"abis main dari sini pasti nanti malam kalian di datengin putri lewat mimpi" sang nenek memberi informasi terakhir kepada kami yang hendak menghidupkan motor. dan gw harap putri itu cantik


Wednesday, September 26, 2012

Kita Bersahabat

Dangerously Beautiful Expedition # 6


Siang ini, belum genap 24 jam kami menginjakkan kaki di kota apel yang dingin. Qays sebagai tour guide membawa kami ke sebuah tempat yang gak jauh dari tempat kosnya. Menuruni tebing menyusuri bibir sungai, sungai yang tak lagi jernih, jangan pikir ada berang-berang di sini, ikan sepat aja gak satupun keliatan. Beberapa sampah plastik dan sampah rumah tangga lainnya tersangkut di pinggir sungai, udara sangat lembab, banyak pohon bambu, tempat yang nyaman sekali bagi ular dan binatang melata lainnya untuk tinggal. 

Yang menarik perhatian, sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah terdapat sebuah terowongan yang dilintasi sungai tersebut. Karena lokasinya yang tersembunyi, ga banyak orang yang tau lokasi ini, kecuali penduduk lokal yang jumlahnya ga begitu banyak di perumahan itu, dan teman gw qays tentunya. Tepat di atasnya ada kebun singkong milik penduduk sekitar. benar-benar tempat yang baik untuk menyendiri. 



Qays selalu tau cara mendekatkan diri dengan alam, bahkan di tengah daerah pemukiman seperti ini.

--

Sewaktu masa pesantren qays udah nunjukin insting bolangnya, gara2 gw ikut dia nelusurin sungai bareng sule, kita jadi kemaleman sampe di asrama, malem itu juga langsung di rotan sama ust. Yasmin.

Pernah juga gw sama zein ikut qays nelusurin sungai, kali ini ke sebuah bendungan, dengan polosnya kita bertiga memutar setir yang ada di pinggir bendungan, dalam hitungan detik sekelebat air sungai mengalir deras, datang seperti banjir bah tak tertahankan, membuat volume air meningkat. Celakanya lagi air itu membanjiri pertambangan batu yang terletak di bibir sungai. Seorang berwajah tegas berteriak marah ke arah kami, lengan besar dan otot perutnya memperlihatkan kerja kerasnya bertahun-tahun, menggali tanah, memecah batu besar menjadi bongkahan kecil, dia si penambang batu.

Volume air kini menenggelamkan pinggang si penambang, membuatnya sulit untuk bergerak menghampiri kami yang berjarak 500m dari tempat ia berdiri. Tanpa pikir panjang kami kembali memutar setir berlawanan arah untuk menutup kembali bendungan, dan kabur secepatnya.

--

Sore setelah selesai dengan terowongan tersembunyi, kami pergi ke rumah sodaranya zein, ini emang sudah direncanakan semalam sebelumnya.

“Andi dalam perjalanan kesini, dia abis beli tiket pertandingan sepak bola untuk kalian, kalian siap-siap ya sebentar lagi dia datang. Jangan lupa bawa jaket, di sini udaranya dingin “ seorang wanita yang tak lagi muda, (seinget gw zein memanggilnya dengan sebutan bukde) memecah lengang ketika gw, zein, dan qays sedang asik mengendalikan situasi di atas meja tamu yang penuh dengan hidangan.

Kami bertiga tersenyum simpul

Antusiasme penduduk malang terhadap olahraga yang satu ini emang tinggi banget. Dari tukang parkir sampe pejabat pemerintahan sangat loyal terhadap tim kesayangan mereka AREMA Malang.

Lantas muncul pertanyaan, apa apaan ini ? bukan soal dinginnya udara malam, gw bisa mengatasinya dengan jaket tebal. ini sama sekali tidak ada di rencana kegiatan sepanjang hari ini. Lagipula gw sedikit phobia dengan menonton sepak bola, selalu saja ada yang ribut, buat onar, buat semua gak nyaman.

­­jadilah gw membujuk zein, qays dan andi yang tiba beberapa menit kemudian. Tersampaikanlah apa yang gw khawatirkan. Males dengan keramaian, paling nanti cuma liat orang berantem, tawuran, pukul-pukulan, atau bahkan gw yg dipukulin karena gw bukan orang AREMA.

“tenang aja, The Jack dan Aremania bersahabat kok” andi berkata meyakinkan

Saktinya kalimat ini, khususnya kata ‘bersahabat’ bisa sedikit melemahkan kekhawatiran2 yang tadi sempet muncul. Gw zein dan qays yang emang berasal dari jakarta bisa lebih lega, terutama gw sih. Hha..

Pertandingan berjalan lancar, walau emang sempet terjadi beberapa kali keributan di tribun penonton, cuma ga berlangsung lama. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Arema atas tim tandang mereka. 




Gw belum pernah tau pasti apa makna dari kata bersahabat, apa yang membedakannya dengan berteman, atau mungkin maksudnya adalah ramah, atau yang lainnya. yang pasti gw sangat nyaman mendengar kata itu.

Kalau aja kata bersahabat bukan hanya ada diantara 2 kelompok seperti the jack dan aremania, pernah terbayangkan dengan 3 kelompok? 4 kelompok? 5 kelompok? Negara ? atau bahkan seluruh dunia bersahabat? Pastilah bukan hanya segelintir orang yang akan merasakan kenyamanannya :)


Monday, September 10, 2012

Orang Betawi

Dangerously Beautiful Expedition # 5


Memperhatikan bidadari ?
duduk di saung, bawah pohon, ditengah areal perkebunan tebu, menahan dingin berselimutkan matahari pagi. Oh god dua pria single ini kasian sekali.. hha

Keberadaan kami di kediri berakhir hari itu juga
siang setelah selesai dengan urusan mengintip bidadari kami berangkat menuju malang
ada satu harapan besar dalam benakku untuk mengunjungi bromo, kau tahu lagi-lagi orang mudah terpikat kepada keindahan.


Perjalanan menggunakan bis kecil seperti metro mini yang ada di jakarta, gw berdiri di pintu depan, perangai persis dengan kenek yang berdiri di pintu belakang mobil. Dia menggunakan topi koboy, gw pake anduk yang belum kering melilit di kepala. Melewati jalan berkelok, menanjak, menurun, sesekali melewati jembatan. Mirip dengan di puncaklah, bedanya puncak macet di sini masih sepi dan asri. “Kau perhatikan ada banyak warung yang bernama arema (arek malang) di sini”, zein menjelaskan layaknya tour guide. Hha... ini memang bukan pertama kalinya dia ke malang, tentu dia lebih tau malang daripada gw, jadi gw menurut sajalah. 

Kedatangan kami disambut seorang sahabat, sebut saja Qays, dia menunggu di sebuah cafe yang cocok sekali dalam momen penyambutan ini, cafe asalamualaykum namanya. Lama ga ketemu orang ini, Ga ada perubahan secara fisik dari dia, masih rambut pendek, celana sarung gombreng, kaos oblong, tas kecil selempang, yang khas dari dia adalah senyum cengengesannya, punya banyak arti. Ga sulit menemukan dia di malang, apalagi mungkin dia satu2nya orang betawi yang nyasar di kota ini. Hha.. 

Kalo fisik sama, gimana dengan mentalnya ?
nanti gw jelasin

Banyak anak punk di sini, mereka duduk2 di pinggir trotoar depan kampus dengan vespa mereka yang beragam bentuknya, beberapa bentuknya sudah tidak seperti motor, lebih mirip transformer, sore hari begini saja sudah terasa dingin di tubuh, ga kebayang bagaimana mereka anak punk bisa bertahan di dinginnya malam kota malang. 

Menunggu gelap kami pergi ke tempat tertinggi di dekat kosan
tentu bukan gedung, ini adalah bukit yang di jadikan perumahan mewah.
kota malang terlihat jelas dari atas sini.





Gilanya si qays ngajak off road pake motor bebek turun ke sebuah mata air, kondisi jalanan tanah lembab, turunan, hanya ada kami bertiga di sana, jelas itu sudah magrib. Suasana mistis sangat kental di sana, orang lokal pun ga ada yang ke sana gelap2 seperti itu. Hanya qays yang nekat. Kesimpulannya mental dia masih sama dengan dulu, terganggu.

Malam berlalu, menyingsing matahari pagi yang menawan.
pagi ini terlihat jelas kosan si qays terletak di lingkungan orang2 timur Indonesia, kebanyakan mereka berasal dari NTT. Jelas pemandangan berbeda dengan sebelumnya di kediri, bidadari bidadari itu.

Yang unik di kota ini adalah penggunaan bahasanya, masih menggunakan bahasa jawa, tapi mereka senang dengan penulisan bahasa yang terbalik, misalnya malang-ngalam, jakarta-atrakaj, arek malang-kera ngalam. Dengan bahasa jawa yang baik dan benar aja gw ga ngerti, apalagi di balik2 seperti ini.

.

Popular Posts