Siang ini, belum genap 24 jam kami menginjakkan kaki di kota apel yang dingin. Qays sebagai tour guide membawa kami ke sebuah tempat yang gak jauh dari tempat kosnya. Menuruni tebing menyusuri bibir sungai, sungai yang tak lagi jernih, jangan pikir ada berang-berang di sini, ikan sepat aja gak satupun keliatan. Beberapa sampah plastik dan sampah rumah tangga lainnya tersangkut di pinggir sungai, udara sangat lembab, banyak pohon bambu, tempat yang nyaman sekali bagi ular dan binatang melata lainnya untuk tinggal.
Yang menarik perhatian, sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah terdapat sebuah terowongan yang dilintasi sungai tersebut. Karena lokasinya yang tersembunyi, ga banyak orang yang tau lokasi ini, kecuali penduduk lokal yang jumlahnya ga begitu banyak di perumahan itu, dan teman gw qays tentunya. Tepat di atasnya ada kebun singkong milik penduduk sekitar. benar-benar tempat yang baik untuk menyendiri.
Qays selalu tau cara mendekatkan diri dengan alam, bahkan di tengah daerah pemukiman seperti ini.
--
Sewaktu masa pesantren qays udah nunjukin insting bolangnya, gara2 gw ikut dia nelusurin sungai bareng sule, kita jadi kemaleman sampe di asrama, malem itu juga langsung di rotan sama ust. Yasmin.
Pernah juga gw sama zein ikut qays nelusurin sungai, kali ini ke sebuah bendungan, dengan polosnya kita bertiga memutar setir yang ada di pinggir bendungan, dalam hitungan detik sekelebat air sungai mengalir deras, datang seperti banjir bah tak tertahankan, membuat volume air meningkat. Celakanya lagi air itu membanjiri pertambangan batu yang terletak di bibir sungai. Seorang berwajah tegas berteriak marah ke arah kami, lengan besar dan otot perutnya memperlihatkan kerja kerasnya bertahun-tahun, menggali tanah, memecah batu besar menjadi bongkahan kecil, dia si penambang batu.
Volume air kini menenggelamkan pinggang si penambang, membuatnya sulit untuk bergerak menghampiri kami yang berjarak 500m dari tempat ia berdiri. Tanpa pikir panjang kami kembali memutar setir berlawanan arah untuk menutup kembali bendungan, dan kabur secepatnya.
--
Sore setelah selesai dengan terowongan tersembunyi, kami pergi ke rumah sodaranya zein, ini emang sudah direncanakan semalam sebelumnya.
“Andi dalam perjalanan kesini, dia abis beli tiket pertandingan sepak bola untuk kalian, kalian siap-siap ya sebentar lagi dia datang. Jangan lupa bawa jaket, di sini udaranya dingin “ seorang wanita yang tak lagi muda, (seinget gw zein memanggilnya dengan sebutan bukde) memecah lengang ketika gw, zein, dan qays sedang asik mengendalikan situasi di atas meja tamu yang penuh dengan hidangan.
Kami bertiga tersenyum simpul
Antusiasme penduduk malang terhadap olahraga yang satu ini emang tinggi banget. Dari tukang parkir sampe pejabat pemerintahan sangat loyal terhadap tim kesayangan mereka AREMA Malang.
Lantas muncul pertanyaan, apa apaan ini ? bukan soal dinginnya udara malam, gw bisa mengatasinya dengan jaket tebal. ini sama sekali tidak ada di rencana kegiatan sepanjang hari ini. Lagipula gw sedikit phobia dengan menonton sepak bola, selalu saja ada yang ribut, buat onar, buat semua gak nyaman.
jadilah gw membujuk zein, qays dan andi yang tiba beberapa menit kemudian. Tersampaikanlah apa yang gw khawatirkan. Males dengan keramaian, paling nanti cuma liat orang berantem, tawuran, pukul-pukulan, atau bahkan gw yg dipukulin karena gw bukan orang AREMA.
“tenang aja, The Jack dan Aremania bersahabat kok” andi berkata meyakinkan
Saktinya kalimat ini, khususnya kata ‘bersahabat’ bisa sedikit melemahkan kekhawatiran2 yang tadi sempet muncul. Gw zein dan qays yang emang berasal dari jakarta bisa lebih lega, terutama gw sih. Hha..
Pertandingan berjalan lancar, walau emang sempet terjadi beberapa kali keributan di tribun penonton, cuma ga berlangsung lama. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Arema atas tim tandang mereka.
Gw belum pernah tau pasti apa makna dari kata bersahabat, apa yang membedakannya dengan berteman, atau mungkin maksudnya adalah ramah, atau yang lainnya. yang pasti gw sangat nyaman mendengar kata itu.
Kalau aja kata bersahabat bukan hanya ada diantara 2 kelompok seperti the jack dan aremania, pernah terbayangkan dengan 3 kelompok? 4 kelompok? 5 kelompok? Negara ? atau bahkan seluruh dunia bersahabat? Pastilah bukan hanya segelintir orang yang akan merasakan kenyamanannya :)
Yang menarik perhatian, sekitar 10 meter di bawah permukaan tanah terdapat sebuah terowongan yang dilintasi sungai tersebut. Karena lokasinya yang tersembunyi, ga banyak orang yang tau lokasi ini, kecuali penduduk lokal yang jumlahnya ga begitu banyak di perumahan itu, dan teman gw qays tentunya. Tepat di atasnya ada kebun singkong milik penduduk sekitar. benar-benar tempat yang baik untuk menyendiri.
Qays selalu tau cara mendekatkan diri dengan alam, bahkan di tengah daerah pemukiman seperti ini.
--
Sewaktu masa pesantren qays udah nunjukin insting bolangnya, gara2 gw ikut dia nelusurin sungai bareng sule, kita jadi kemaleman sampe di asrama, malem itu juga langsung di rotan sama ust. Yasmin.
Pernah juga gw sama zein ikut qays nelusurin sungai, kali ini ke sebuah bendungan, dengan polosnya kita bertiga memutar setir yang ada di pinggir bendungan, dalam hitungan detik sekelebat air sungai mengalir deras, datang seperti banjir bah tak tertahankan, membuat volume air meningkat. Celakanya lagi air itu membanjiri pertambangan batu yang terletak di bibir sungai. Seorang berwajah tegas berteriak marah ke arah kami, lengan besar dan otot perutnya memperlihatkan kerja kerasnya bertahun-tahun, menggali tanah, memecah batu besar menjadi bongkahan kecil, dia si penambang batu.
Volume air kini menenggelamkan pinggang si penambang, membuatnya sulit untuk bergerak menghampiri kami yang berjarak 500m dari tempat ia berdiri. Tanpa pikir panjang kami kembali memutar setir berlawanan arah untuk menutup kembali bendungan, dan kabur secepatnya.
--
Sore setelah selesai dengan terowongan tersembunyi, kami pergi ke rumah sodaranya zein, ini emang sudah direncanakan semalam sebelumnya.
“Andi dalam perjalanan kesini, dia abis beli tiket pertandingan sepak bola untuk kalian, kalian siap-siap ya sebentar lagi dia datang. Jangan lupa bawa jaket, di sini udaranya dingin “ seorang wanita yang tak lagi muda, (seinget gw zein memanggilnya dengan sebutan bukde) memecah lengang ketika gw, zein, dan qays sedang asik mengendalikan situasi di atas meja tamu yang penuh dengan hidangan.
Kami bertiga tersenyum simpul
Antusiasme penduduk malang terhadap olahraga yang satu ini emang tinggi banget. Dari tukang parkir sampe pejabat pemerintahan sangat loyal terhadap tim kesayangan mereka AREMA Malang.
Lantas muncul pertanyaan, apa apaan ini ? bukan soal dinginnya udara malam, gw bisa mengatasinya dengan jaket tebal. ini sama sekali tidak ada di rencana kegiatan sepanjang hari ini. Lagipula gw sedikit phobia dengan menonton sepak bola, selalu saja ada yang ribut, buat onar, buat semua gak nyaman.
jadilah gw membujuk zein, qays dan andi yang tiba beberapa menit kemudian. Tersampaikanlah apa yang gw khawatirkan. Males dengan keramaian, paling nanti cuma liat orang berantem, tawuran, pukul-pukulan, atau bahkan gw yg dipukulin karena gw bukan orang AREMA.
“tenang aja, The Jack dan Aremania bersahabat kok” andi berkata meyakinkan
Saktinya kalimat ini, khususnya kata ‘bersahabat’ bisa sedikit melemahkan kekhawatiran2 yang tadi sempet muncul. Gw zein dan qays yang emang berasal dari jakarta bisa lebih lega, terutama gw sih. Hha..
Pertandingan berjalan lancar, walau emang sempet terjadi beberapa kali keributan di tribun penonton, cuma ga berlangsung lama. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Arema atas tim tandang mereka.
Gw belum pernah tau pasti apa makna dari kata bersahabat, apa yang membedakannya dengan berteman, atau mungkin maksudnya adalah ramah, atau yang lainnya. yang pasti gw sangat nyaman mendengar kata itu.
Kalau aja kata bersahabat bukan hanya ada diantara 2 kelompok seperti the jack dan aremania, pernah terbayangkan dengan 3 kelompok? 4 kelompok? 5 kelompok? Negara ? atau bahkan seluruh dunia bersahabat? Pastilah bukan hanya segelintir orang yang akan merasakan kenyamanannya :)
No comments:
Post a Comment